SalamMatemasiswa!
Ketemu
lagi nih ama mimin. Kalian udah pada follow mimin beluuuum?
Kalo belum, follow gih, kita belajar bareng di @matemasiswa. Saling
berbagi gituh…
Mohon
maaf baru nge-blog lagi, mimin ada banyak tugas dan gak ada modem
soalnya. Wkwkwkwkwkwk :D
Okee
deh, pada hari ini mimin mau ngebahas tentang :
Smart
Solution,
inovasi atau menghilangkan makna?
Hmmmmmm,
pasti udah gak asing lagi yaaa dengan permasalahan pro
dan kontra
dari Smart
Solution
ini? Masih banyak yang berbeda pendapat mengenai hal ini.
Lantas,
pendapat mimin sendiri gimana?
Here
we goo…
Akan mimin ulas melalui tulisan yang imut ini…
Berbagai
macam Lembaga Bimbingan Belajar maupun guru di sekolah, tak dapat
dipungkiri dalam hal pembelajaran matematika menggunakan “rumus
cepat” atau yang biasa disebut dengan smart
solution.
Hayooo, guru-guru, pada ngaku gak?
Berbicara
smart
solution,
tentu menarik untuk dibahas secara ilmiah. Sebagaimana kita ketahui,
dengan smart
solution, pengerjaan
dalam matematika dapat dengan mudah dan cepat diselesaikan. Sebagai
contoh hasil dari :
dapat langsung dijawab hanya dengan 5 + 4 = 9.Begitu pula dengan penyelesaian dari 1/3 + 1/4 dapat langsung dijawab dengan 7/12 atau yang dapat dirumuskan
.
Tentunya,
cara-cara melalui smart
solution
tidaklah dengan mudah didapat. “si penemu” rumus tersebut harus
berpikir kreatif dan mencoba berkali-kali rumus atau smart
solution
temuannya. Mereka perlu daya eksplorasi konsep yang kuat, serta
analisis yang tajam. Dan barangkali harus berpikir siang-malam untuk
uji coba temuannya, heheheheheheh….
Begitu
pula Lembaga Bimbingan Belajar, pengembangan yang dilakukannya
melalui smart
solution
tentu dengan tujuan memberikan wawasan tambahan kepada peserta didik
yang tidak didapatkannya di sekolah-sekolah. Bukankah smart
solution
yang dikembangkan Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) dapat dipandang
sebagai suatu pengembangan wacana berpikir akademis, inovatif, dan
merupakan kreativitas?. Sehingga, dengan adanya
pengembangan-pengembangan secara terus menerus, bukan hal yang
mustahil jika di kemudian hari dapat ditemukan smart
solution
lainnya yang lebih mutakhir sebagai hasil proses berpikir kreatif,
produktif, serta inovatif.
Sebagai
manusia yang haus akan ilmu, tentu kita inginnya terus belajar, terus
bergerak, eksplorasi, dan memperdalam keilmuan kita. Yaa gak? Kalo
mimin sih gitu, pengennya terus belajar. Kalo kalian?
Nah,
Smart
solution
merupakan ide cemerlang yang membantu persoalan-persoalan siswa dalam
belajar. Bukan rahasia lagi bila peserta didik lebih menyukai smart
solution
dibanding penyelesaian “rumit dan berkepanjangan” yang diberikan
oleh bapak/ibu guru di sekolah (mohon maaf, Pak/Bu). Tentunya kita bersepakat
bahwa smart
solution yang
ditawarkan tidak dapat dikatakan sebagai penyebab malasnya berpikir
para peserta didik kita. Toh, buktinya mereka senang dengan belajar
seperti itu.
Namun
disayangkan, tidak semua guru yang mengajar di sekolah berpendapat
demikian. Sebagian mereka berpendapat bahwa smart
solution
banyak “menjebak” dan tidak dapat dibuktikan secara ilmiah atau
hanya kebetulan saja. Padahal justru sebaliknya, sebagaimana pendapat
para tutor di Lembaga Bimbingan Belajar, smart
solution
merupakan buah pikiran yang cerdas untuk mengatasi berbagai persoalan
yang rumit untuk dipecahkan.
Beberapa
hal yang dapat memotivasi dan mendukung fenomena banyaknya peserta
didik yang menggunakan smart
solution, khususnya
matematika, diantaranya disebabkan soal yang dijadikan oleh alat
evaluasi seperti Ujian Nasional (UN) bertipe Pilihan Ganda, dan
sistem evaluasi pendidikan di Indonesia yang hanya melihat hasil
akhirnya, bukan prosesnya. Ini permasalahannya, makanya ada smart solution
yang akan membantu siswa dalam menyelesaikan soal-soal dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya. Soal UN Matematika ada 40, waktu yang
diberikan cuman 2 jam, dan ada aja siswa yang hanya sempat menjawab
separuhnya saja atau bahkan lebih sedikit dari itu -__-“
Kebayang
gak, kalo soal-soal UN yang dilihat adalah proses. Misal melalui
soal-soal Uraian, yang dilihat adalah kreativitas menjawab siswa.
Tentu jawabannya akan bervariasi, dan guru belum tentu mau mengoreksi
banyaknya jawaban dari siswa. Apalagi siswanya mencapai ratusan?
Walah walah…. Lagi-lagi UN (mimin gak akan bahas lebih jauh
mengenai hal ini), persoalan sistemik -__-“
Menanggapi
hal tersebut, mimin pun pro
terhadap ide kreatif untuk memunculkan smart
solution dalam
membantu menyelesaikan soal-soal matematika yang rumit, dikarenakan
tuntutan “kecepatan mengerjakan” tadi itu. Namun di satu sisi
mimin juga kontra
terhadap pengembangan smart
solution yang
telah diterapkan di setiap Lembaga Bimbingan Belajar, karena hal
tersebut dapat menghilangkan makna dari konsep matematika itu
sendiri. Pembelajaran matematika pasti akan terancam kehilangan
maknanya
Matematika
tidak akan lagi punya arti jika pembelajaran hanya disuguhkan dengan
latihan, latihan, dan latihan terus-menerus; ditambah dengan
penyelesaiannya yang secara ringkas. Sedih yaaa
Matematika
menjadi sekedar hafalan rumus atau trik-trik cepat (smart
solution),
dan mengesampingkan konsep utuh dalam suatu materi tertentu. Alhasil?
Siswa hanya dapat menjawab “a, b, c, atau d” saja. Namun jika
disuruh mengerjakan di depan kelas, belum tentu ia paham asal-usul
caranya. Yang ia tahu “pokoknya ketemu segitu”. Hufftttt……
Jadi,
perbedaan pandangan mengenai Smart
Solution
pastilah ada. Pandangan mimin bisa salah, bisa benar. Gak perlu
sampai berantem dalam perbedaan ini. Yang perlu kita lakukan teruslah
belajar, belajar, dan belajar…! Apakah belajar smart solution
salah? Wah, mimin rasa gak salah. Malahan nambah wawasan lhoo. Tapi ingat,
jangan sampai lupa esensi atau makna dari Matematika itu sendiri.
Cukup
yaaa pembelajaran hari ini, semoga menambah wawasan kita semua.
Silakan
dikomentari, dan ayoook kita saling berbagi ilmu. Mimin butuh ilmu
dari #SobatMath juga.
SalamMatemasiswa,
Mimin
kece
Tidak ada komentar:
Posting Komentar