Rabu, 16 April 2014

Smart Solution : Sebuah Pro & Kontra

SalamMatemasiswa!

Ketemu lagi nih ama mimin. Kalian udah pada follow mimin beluuuum? Kalo belum, follow gih, kita belajar bareng di @matemasiswa. Saling berbagi gituh…
Mohon maaf baru nge-blog lagi, mimin ada banyak tugas dan gak ada modem soalnya. Wkwkwkwkwkwk :D
Okee deh, pada hari ini mimin mau ngebahas tentang : Smart Solution, inovasi atau menghilangkan makna?



Hmmmmmm, pasti udah gak asing lagi yaaa dengan permasalahan pro dan kontra dari Smart Solution ini? Masih banyak yang berbeda pendapat mengenai hal ini.
Lantas, pendapat mimin sendiri gimana?
Here we goo… Akan mimin ulas melalui tulisan yang imut ini…


Berbagai macam Lembaga Bimbingan Belajar maupun guru di sekolah, tak dapat dipungkiri dalam hal pembelajaran matematika menggunakan “rumus cepat” atau yang biasa disebut dengan smart solution. Hayooo, guru-guru, pada ngaku gak?

Berbicara smart solution, tentu menarik untuk dibahas secara ilmiah. Sebagaimana kita ketahui, dengan smart solution, pengerjaan dalam matematika dapat dengan mudah dan cepat diselesaikan. Sebagai contoh hasil dari :
dapat langsung dijawab hanya dengan 5 + 4 = 9.

Begitu pula dengan penyelesaian dari   1/3 + 1/4  dapat langsung dijawab dengan  7/12 atau yang dapat dirumuskan 
    .

Tentunya, cara-cara melalui smart solution tidaklah dengan mudah didapat. “si penemu” rumus tersebut harus berpikir kreatif dan mencoba berkali-kali rumus atau smart solution temuannya. Mereka perlu daya eksplorasi konsep yang kuat, serta analisis yang tajam. Dan barangkali harus berpikir siang-malam untuk uji coba temuannya, heheheheheheh….

Begitu pula Lembaga Bimbingan Belajar, pengembangan yang dilakukannya melalui smart solution tentu dengan tujuan memberikan wawasan tambahan kepada peserta didik yang tidak didapatkannya di sekolah-sekolah. Bukankah smart solution yang dikembangkan Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) dapat dipandang sebagai suatu pengembangan wacana berpikir akademis, inovatif, dan merupakan kreativitas?. Sehingga, dengan adanya pengembangan-pengembangan secara terus menerus, bukan hal yang mustahil jika di kemudian hari dapat ditemukan smart solution lainnya yang lebih mutakhir sebagai hasil proses berpikir kreatif, produktif, serta inovatif.

Sebagai manusia yang haus akan ilmu, tentu kita inginnya terus belajar, terus bergerak, eksplorasi, dan memperdalam keilmuan kita. Yaa gak? Kalo mimin sih gitu, pengennya terus belajar. Kalo kalian?
Nah, Smart solution merupakan ide cemerlang yang membantu persoalan-persoalan siswa dalam belajar. Bukan rahasia lagi bila peserta didik lebih menyukai smart solution dibanding penyelesaian “rumit dan berkepanjangan” yang diberikan oleh bapak/ibu guru di sekolah (mohon maaf, Pak/Bu). Tentunya kita bersepakat bahwa smart solution yang ditawarkan tidak dapat dikatakan sebagai penyebab malasnya berpikir para peserta didik kita. Toh, buktinya mereka senang dengan belajar seperti itu.

Namun disayangkan, tidak semua guru yang mengajar di sekolah berpendapat demikian. Sebagian mereka berpendapat bahwa smart solution banyak “menjebak” dan tidak dapat dibuktikan secara ilmiah atau hanya kebetulan saja. Padahal justru sebaliknya, sebagaimana pendapat para tutor di Lembaga Bimbingan Belajar, smart solution merupakan buah pikiran yang cerdas untuk mengatasi berbagai persoalan yang rumit untuk dipecahkan.

Beberapa hal yang dapat memotivasi dan mendukung fenomena banyaknya peserta didik yang menggunakan smart solution, khususnya matematika, diantaranya disebabkan soal yang dijadikan oleh alat evaluasi seperti Ujian Nasional (UN) bertipe Pilihan Ganda, dan sistem evaluasi pendidikan di Indonesia yang hanya melihat hasil akhirnya, bukan prosesnya. Ini permasalahannya, makanya ada smart solution yang akan membantu siswa dalam menyelesaikan soal-soal dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Soal UN Matematika ada 40, waktu yang diberikan cuman 2 jam, dan ada aja siswa yang hanya sempat menjawab separuhnya saja atau bahkan lebih sedikit dari itu  -__-“
Kebayang gak, kalo soal-soal UN yang dilihat adalah proses. Misal melalui soal-soal Uraian, yang dilihat adalah kreativitas menjawab siswa. Tentu jawabannya akan bervariasi, dan guru belum tentu mau mengoreksi banyaknya jawaban dari siswa. Apalagi siswanya mencapai ratusan? Walah walah…. Lagi-lagi UN (mimin gak akan bahas lebih jauh mengenai hal ini), persoalan sistemik -__-“

Menanggapi hal tersebut, mimin pun pro terhadap ide kreatif untuk memunculkan smart solution dalam membantu menyelesaikan soal-soal matematika yang rumit, dikarenakan tuntutan “kecepatan mengerjakan” tadi itu. Namun di satu sisi mimin juga kontra terhadap pengembangan smart solution yang telah diterapkan di setiap Lembaga Bimbingan Belajar, karena hal tersebut dapat menghilangkan makna dari konsep matematika itu sendiri. Pembelajaran matematika pasti akan terancam kehilangan maknanya
Matematika tidak akan lagi punya arti jika pembelajaran hanya disuguhkan dengan latihan, latihan, dan latihan terus-menerus; ditambah dengan penyelesaiannya yang secara ringkas. Sedih yaaa
Matematika menjadi sekedar hafalan rumus atau trik-trik cepat (smart solution), dan mengesampingkan konsep utuh dalam suatu materi tertentu. Alhasil? Siswa hanya dapat menjawab “a, b, c, atau d” saja. Namun jika disuruh mengerjakan di depan kelas, belum tentu ia paham asal-usul caranya. Yang ia tahu “pokoknya ketemu segitu”. Hufftttt……

Jadi, perbedaan pandangan mengenai Smart Solution pastilah ada. Pandangan mimin bisa salah, bisa benar. Gak perlu sampai berantem dalam perbedaan ini. Yang perlu kita lakukan teruslah belajar, belajar, dan belajar…! Apakah belajar smart solution salah? Wah, mimin rasa gak salah. Malahan nambah wawasan lhoo. Tapi ingat, jangan sampai lupa esensi atau makna dari Matematika itu sendiri.

Cukup yaaa pembelajaran hari ini, semoga menambah wawasan kita semua.
Silakan dikomentari, dan ayoook kita saling berbagi ilmu. Mimin butuh ilmu dari #SobatMath juga.

SalamMatemasiswa,
Mimin kece

Tidak ada komentar:

Posting Komentar